Dari Eksplorasi ke Produksi: Menuju Target Lifting Migas Nasional

Sebagai upaya meningkatkan produksi migas untuk mencapai target lifting yang ditetapkan, pemerintah Indonesia berencana segera mengoperasikan 15 proyek minyak dan gas bumi (migas) baru. Harapannya, proyek-proyek tersebut dapat membantu memenuhi kebutuhan energi domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Proyek-proyek ini juga diharapkan dapat menambah produksi sekitar 73.335 BOPD minyak bumi dan 896 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas bumi. Secara investasi, proyek-proyek tersebut diharapkan dapat menarik investasi sekitar 832 juta dolar AS atau setara dengan Rp13,65 triliun. 

Namun, perlu dicatat, bahwa tambahan produksi dari proyek-proyek ini belum cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan energi nasional maupun menahan laju penurunan produksi migas dari sumur-sumur tua yang ada. Tetap dibutuhkan eksplorasi sebagai strategi utama untuk menambah produksi migas guna mencapai target lifting yang ada. Selain itu, sejumlah terkait kegiatan hulu migas di Indonesia juga perlu segera diatasi agar waktu yang dibutuhkan mulai dari tahap eksplorasi ke produksi dapat dipersingkat. 

Eksplorasi sebagai strategi utama

Salah satu strategi utama dalam mempertahankan dan meningkatkan produksi migas adalah eksplorasi. Hal ini penting dilakukan untuk menemukan cadangan migas baru guna menggantikan produksi dari lapangan-lapangan migas tua yang terus menurun. Tanpa eksplorasi, produksi migas nasional akan mengalami penurunan yang lebih drastis di masa depan.

Berbagai cara telah dilakukan pemerintah untuk mendorong eksplorasi, salah satunya dengan kebijakan fiskal yang lebih menarik bagi investor, termasuk insentif dan fleksibilitas skema kontrak. Adapun salah satu fokus eksplorasi saat ini adalah pengembangan daerah frontier, yaitu area yang sama sekali belum pernah dilakukan kegiatan hulu migas namun diduga memiliki potensi cadangan migas besar. Daerah-daerah ini umumnya terletak di perairan dalam (deepwater) atau wilayah terpencil yang belum memiliki infrastruktur pendukung. Beberapa contoh daerah frontier di Indonesia, seperti Laut Natuna, Papua, dan wilayah timur Indonesia lainnya.

Meskipun memiliki potensi besar, eksplorasi di daerah frontier menghadapi berbagai tantangan, seperti kondisi geologi yang kompleks, keterbatasan infrastruktur, serta biaya eksplorasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah konvensional. Oleh karena itu, diperlukan teknologi yang tinggi dan biaya yang besar untuk dapat menemukan potensi cadangan migas di sana. Selain itu, pemerintah juga perlu mempertimbangkan adanya insentif tambahan bagi investor yang tertarik melakukan eksplorasi di daerah frontier karena besarnya biaya yang dibutuhkan.

Isu strategis dan teknis lainnya untuk mencapai target lifting

Selain fokus pada eksplorasi, terdapat beberapa isu yang masih menjadi perhatian dalam pengelolaan proyek migas, antara lain:

  • Infrastruktur yang minim: Banyak blok migas yang berada di wilayah terpencil dengan infrastruktur minim. Dibutuhkan biaya yang besar untuk membangun infrastruktur penunjang seperti jalur pipa, fasilitas penyimpanan, dan transportasi.
  • Pemanfaatan teknologi dan inovasi: Pemanfaatan teknologi terbaru seperti penggunaan Artificial Intelligence (AI) dan digitalisasi dalam pengelolaan sumur migas menjadi hal penting yang harus dilakukan pada masa sekarang. Diharapkan, penggunaan teknologi dapat memastikan efisiensi biaya yang dikeluarkan perusahaan.
  • Transisi Energi: Adanya tren global yang menuju transisi energi harus disikapi dengan tepat oleh industri migas. Mendapati fakta bahwa migas masih menjadi sumber energi utama dalam bauran energi, maka proyek-proyek di sektor hulu migas perlu mempertimbahkan penggunaan teknologi CCS guna mendukung target net zero emission dalam pengembangan proyek saat ini dan ke depannya.

Dengan strategi yang tepat dan dukungan kebijakan dari pemerintah, industri hulu migas Indonesia niscaya memiliki peluang untuk meningkatkan produksinya. Keberlanjutan eksplorasi dan percepatan waktu dari eksplorasi ke produksi pada proyek-proyek migas yang ada menjadi kunci untuk memastikan ketahanan energi nasional di masa depan.

Previous PostMengurangi Ketergantungan pada Impor Demi Kemandirian Energi
Next PostInvestasi Hulu Migas sebagai Kunci Ketahanan Energi Nasional