Ladang Minyak Tua Terus Bertambah

JAKARTA - Jumlah ladang minyak tua di Indonesia terus bertambah, dan beberapa di antaranya ladang utama yang telah berproduksi lebih dari 40 tahun.
Kondisi ini akan berdampak pada penurunan produksi minyak dalam beberapa tahun ke depan, sehingga mengancam ketahanan energi nasional. Karena itu, kegiatan migas perlu difokuskan pada eksplorasi dan pengembangan cadangan sumber daya yang melimpah namun belum terbukti.
Demikian disampaikan Presiden Asosiasi Perminyakan Indonesia (IPA), Ron Aston, dalam acara pembukaan pameran Industri migas IPA, Rabu (18/5), di Jakarta.
Tema yang diusung konvensi dan pameran ini adalah Energi Indonesia: Pertumbuhan, Ketahanan dan Keberlanjutan. Tema ini, menurut Ron, sangat relevan dengan situasi di Indonesia saat ini antara lain pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan ladang-ladang minyak yang sudah tua.
Melalui konvensi dan pameran itu, para investor diharapkan tertarik untuk berinvestasi di bidang migas. " Membangun iklim investasi yang positif di Indonesia, sangat penting untuk menjaga dan meningkatkan investasi yang telah berjalan di industri energi," ujarnya.
Dengan demikian, hal ini akan menuju pada keamanan pasokan energi melalui penanaman investasi kembali. Selain itu, eksplorasi untuk mengembangkan cadangan-cadangan sumber daya yang belum terjamah pada minyak konvensional, gas konvensional, gas nonkonvensional, gas metana batu bara, shale gas, panas bumi dan biofuel.
"Dengan bertambahnya jumlah ladang minyak yang sudah tua di Indonesia, di antaranya beberapa ladang utama telah berproduksi lebih dari 40 tahun, fokus saat ini eksplorasi dan pengembangan cadangan sumber daya yang berlimpah namun belum terbukti di daerah-daerah frontier," kata Ron Aston menambahkan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Darwin Zahedy Saleh, menyatakan, industri migas memainkan peran strategis dalam pengembangan ekonomi di Indonesia. Industri memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan energi untuk domestik, serta menyediakan bahan bakar untuk industri, demi mempercepat pembangunan daerah dan menciptakan lapangan kerja.
"Industri migas juga masih menjadi sumber penerimaan negara yang sangat penting," kata Darwin.
Bauran energi nasional hampir sama di sebagian besar negara berkembang, yakni masih didominasi bahan bakar fosil. Porsi migas mencapai 68 persen dalam bauran energi saat ini, sementara porsi batubara baru mencapai 26 persen.

Previous PostWakil Presiden Buka Konvensi Indonesian Petroleum Association
Next PostBoediono Tekan BP Migas & Menteri ESDM Soal Lifting Minyak