Target 1 Juta Barel per Hari tahun 2014 'Mustahil' Tercapai

Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tampaknya akan sulit memenuhi target ambisius menaikkan produksi minyak rata-rata harian Indonesia menjadi 1 juta barel per hari (bph) pada tahun 2014, karena saat ini negara masih bergantung pada pengembangan blok Cepu untuk meningkatkan produksi minyak mentah.

Wakil Perencanaan Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas, SK Migas (sebelumnya SKSPMigas), Widhyawan Prawiraatmadja, mengatakan pekan lalu bahwa target itu sulit dicapai di tengah menurunnya produksi minyak negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini.

"Ada kemungkinan untuk mencapai output sebesar 1 juta barel per hari selama beberapa hari di tahun 2014, tetapi untuk mencapai produksi minyak rata-rata harian sebesar 1 juta barel per hari pada tahun 2014 adalah mustahil," katanya kepada The Jakarta Post.

Widhyawan menambahkan bahwa blok Cepu, yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Timur dan dioperasikan oleh anak perusahaan ExxonMobil, Mobil Cepu Limited, diperkirakan akan mencapai tingkat produksi sekitar 150.000 barel per hari pada tahun 2014.

Dengan proyeksi produksi dari Cepu, Indonesia diperkirakan akan melampaui 1 juta bph untuk produksi minyak rata-rata harian pada kuartal pertama tahun 2015, katanya.

Widhyawan mengatakan blok tersebut, khususnya ladang minyak Banyu Urip, diperkirakan akan mencapai produksi puncak sebesar 165.000 barel per hari pada tahun 2015, ia juga menambahkan bahwa output akan tetap tinggi selama sekitar tiga tahun sebelum blok memasuki penurunan masa produksi.

Produksi minyak mentah di Indonesia, yang menarik diri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada tahun 2008, mengalami penurunan dari 1,3 juta barel per hari pada awal tahun 2000 menjadi sekitar 900.000 barel per hari pada tahun 2011, menurut data dari Indonesian Petroleum Association (IPA).

Pada tanggal 20 November, data dari SKMigas menunjukkan produksi rata-rata harian nasional mencapai 865.550 barel per hari, jauh di bawah target awal 930.000 bph yang ditetapkan dalam revisi APBN 2012.

Meskipun SK Migas memprediksi produksi minyak mentah tahun ini akan turun sebesar 3,6 persen dari tahun lalu, pemerintah tetap memasukan target produksi rata-rata harian 900.000 barel per hari dalam Anggaran Negara 2013.

Dalam pidatonya pada Rapat Umum Tahunan IPA ke-41 di Jakarta pekan lalu, Presiden IPA Elisabeth Proust mengatakan kebijakan yang tidak menguntungkan Indonesia akan menjadi faktor utama di balik penurunan produksi minyaknya.

"Kami sangat mendukung tujuan ini (mencapai produksi minyak 1 juta barel per hari di 2014), namun kami menekankan pentingnya memperbaiki peraturan dalam rangka mendorong investasi dan pembangunan daripada meningkatkan kendala dan ketidakpastian," katanya.

Proust mengatakan bahwa selain UU Migas 2001 yang kontroversial, dimana para anggota IPA hanya mengharapkan perubahan minor, perusahaan perusahaan migas juga menyoroti peraturan terkait isu lingkungan, Peraturan Bank Indonesia 2011 untuk ekspor valuta asing, penentuan harga gas dan kurangnya insentif bagi investor pada tahap eksplorasi.

"Indonesia masih membutuhkan modal dan teknologi asing dimana industri ini membutuhkan tingkat investasi dan teknologi tinggi dengan resiko yang sangat tinggi. Agar Indonesia dapat menghasilkan produksi berkelanjutan dengan konsumsi yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi negara, Indonesia perlu meningkatkan cadangan minyak dan cadangan gas mereka," katanya.

Previous PostKontraktor Diminta Tetap Beroperasi
Next PostApakah Indonesia Menuju Situasi Darurat Migas?