Menjawab Tantangan Besar Menuju Target Lifting Migas 2025
Pasokan energi fosil, khususnya minyak dan gas bumi (migas), masih menjadi komponen utama dalam memenuhi kebutuhan energi nasional. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah menetapkan target lifting migas sebesar 1,61 juta barel setara minyak per hari (BOEPD) pada 2025. Target ini terdiri dari minyak bumi sebanyak 605 ribu barel dan gas bumi sebanyak 1,01 juta BOEPD.
Tantangan yang Dihadapi
Meskipun optimisme tinggi, namun upaya mencapai target lifting migas tersebut menghadapi sejumlah tantangan utama, meliputi:
- Investasi Terbatas
Penurunan harga minyak global dalam beberapa tahun terakhir telah memengaruhi minat investor untuk berinvestasi. Kondisi tersebut diperparah dengan banyaknya regulasi yang dinilai kurang fleksibel. Alhasil, investasi untuk eksplorasi dan pengembangan lapangan baru pun menjadi berkurang. - Lokasi Eksplorasi Semakin Kompleks
Lokasi penemuan sumber daya migas saat ini mulai bergerak dari wilayah daratan (onshore) ke wilayah perairan khususnya laut dalam (offshore). Hal tersebut menyebabkan aktivitas eksplorasi menjadi lebih kompleks dan menuntut teknologi serta modal yang tinggi. - Pengelolaan Teknologi
Sebagian besar lapangan migas di Indonesia merupakan lapangan tua yang membutuhkan teknologi tinggi untuk berproduksi. Penggunaan teknologi lebih lanjut, seperti Enhanced Oil Recovery (EOR) dan Improved Oil Recovery (IOR), diyakini dapat meningkatkan produksi dari sumur-sumur tua tersebut. Namun, implementasi teknologi ini membutuhkan investasi besar dan dukungan regulasi yang memadai.
Untuk menjawab tantangan tersebut, SKK Migas bersama para pemangku kepentingan telah menyiapkan sejumlah langkah strategis:
- Kerja Sama Internasional
Penandatanganan Nota Kesepahaman antara SKK Migas dengan FalconRidge Oil Ltd dari Kanada baru-baru ini merupakan contoh kerja sama internasional yang dilakukan untuk mempercepat adopsi teknologi mutakhir, seperti Terra Slicing Technology. Teknologi ini diharapkan mampu meningkatkan produksi pada sumur-sumur berproduksi rendah atau mati. - Optimalisasi Lapangan Tua
Sebagai bagian dari upaya meningkatkan produksi, optimalisasi lapangan tua merupakan salah satu strategi yang ditetapkan oleh SKK Migas dengan berbasis pada EOR dan IOR. Diharapkan, strategi ini dapat meningkatkan produksi sumur yang ada sehingga berdampak pada produksi migas nasional. - Pendekatan Berbasis Insentif
Untuk memastikan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) memenuhi komitmen eksplorasinya, SKK Migas menerapkan pendekatan berbasis insentif. KKKS dapat diberikan insentif sepanjang hal tersebut mendukung peningkatan produksi migas. Bahkan, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM yang mengatur tentang perbaikan kontrak bagi hasil gross split guna menciptakan iklim investasi yang lebih kompetitif. - Transfer Pengetahuan dan Pengembangan SDM Lokal
Melalui kerja sama dengan mitra internasional dan KKKS, pemerintah juga mengarahkan terciptanya transfer pengetahuan dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia lokal melalui pelatihan dan lokakarya.
Sebagai bagian dari program Astacita dari Presiden Prabowo, sektor hulu migas tidak saja bertujuan memenuhi target lifting, tetapi juga perlu memastikan terciptanya ketahanan energi nasional. Hal tersebut dapat dicapai melalui reformasi kebijakan, peningkatan eksplorasi, dan kolaborasi strategis dengan sejumlah pihak terkait sehingga pada akhirnya industri hulu migas nasional dapat berperan dalam pembangunan berkelanjutan Indonesia.